Minggu, 12 Juni 2016


Review Jurnal Sistem Informasi Geografis

SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DENGAN PENDEKATAN MODEL
HIDRODINAMIKA DAN SPILL ANALYSIS DI PERAIRAN CILACAP,
JAWA TENGAH
Arintika Widhayanti *), Aris Ismanto *), Bambang Yulianto *)
*) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan





Nama                  : Vinni Mulyani    (E1I013046)
                            Riski Slamet     (E1I013045) 
                          
Dosen                 : Yar Johan, S.Pi., M.Si


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016








Abstrak
Perairan Cilacap memiliki pelabuhan laut yang berfungsi sebagai pelabuhan ekspor-impor termasuk aktivitas bongkar muat minyak dari kapal-kapal tanker yang menyebabkan perairan rentan terhadap tumpahan minyak. Dengan, menggunakan model hidrodinamika 2D dan Spill Analysis. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data oseanografi, data batimetri, data suhu udara, data cloudiness, data oil properties, dan data lalu lintas kapal.Tumpahan minyak setelah 24 jam memperlihatkan bahwa proses disolusi, dispersi vertikal, dan evaporasi pada minyak mentah lebih tinggi daripada aspal. Namun, proses emulsifikasi pada aspal lebih tinggi daripada minyak mentah.

I.             Pendahuluan
Kabupaten Cilacap berada di tepi laut yang berhadapan dengan Samudera Hindia pada sisi Teluk Penyu dan dibatasi oleh Pulau Nusakambangan yang memanjang membujur barat-timur. Kegiatan seperti ekspor impor dan aktivitas bongkar minyak dari kapal tangker menyebabkan perairan pelabuhan cilacap sangat berpotensi mengalami pencemaran minyak. Tumpahan minyak di laut bisa sangat berbahaya karena angin, gelombang, dan arus laut dapat menyebarkan sebagian besar tumpahan minyak di wilayah yang luas dalam beberapa jam di lautan terbuka (Fingas, 2001).  Faktor-faktor oseanografi dapat memperluas area tumpahan minyak dan menimbulkan permasalahan bagi Perairan Cilacap karena perairan cilacap termasuk bagian Samudera Hindia memiliki dasar perairan yang dalam dan curam (Saputra et. al., 2013).
Pada jurnal acuan bagian pendahuluannya tidk membahas tentang lamanya tumpuhan minyak dan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tumpahan minyak tersebut, dan tidak adanya pemantuan dari citra satelit tentang luasan area yang tercemar oleh tumpahan minyak. Adapun pendahuluan dari pembanding membahas kekurangan yang ada pada jurnal acuan. Berikut adalah pendahuluan dari jurnal pembanding adalah
PT TEP Australasia (Ashmore Cartier) Pty Ltd merupakan perusahan tambang minyak lepas pantai di Laut Timor.  Jarak site plan Montara berkisar antara 200 km dari daratan Australia (Pantai Kimberley) ke arah laut atau sekitar 280 km barat laut dari Truscott, Australia Barat.. Site Plan Montara terletak di antara beberapa commonwealth, diantaranya adalah beberapa gunung bawah laut, pulau dan gugusan karang. Tumpahan minyak terjadi selama 72 hari,  dapat dikendalikan pada tanggal 3 November 2009.  Observasi melalui pesawat udara dilakukan setiap hari, kemudian dilanjutkan dengan simulasi menggunakan computer, serta pemantauan melalui citra satelit telah dilakukan oleh AMSA (Australian Maritime Savety Authority) sebagai pihak yang bertanggung jawab. Dari hasil survey dan simulasi menunjukkan bahwa tumpahan minyak tidak lagi terdeteksi di laut timor pada tanggal 15 November 2009.

1.2       Tujuan
            Jurnal ini bertujuan untuk menangani dampak pencemaran akibat tumpahan minyak dengan contingency planning atau perencanaan. Dan menggunaan model sebaran untuk memprediksi dengan cepat pola penyebaran berpotensi mencemari lingkungan pada beberapa lokasi yang dianggap rawan tumpahan minyak.

1.3         Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif (Sudaryanto, 2001) karena data penelitian tersebut diperoleh dengan mengukur menggunakan instrumen-instrumen tertentu yang memiliki satuan khusus untuk tiap-tiap parameternya. Data-data tersebut diolah dan ditampilkan dalam bentuk gambar, grafik, ataupun tabel.
Metode penentuan lokasi pengukuran arus laut dan suhu air laut menggunakan metode purposive sampling (Sudjana, 1992).
            Analisis data yang digunakan untuk menarik kesimpulan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif (Sugiyono, 2009). Analisis dari hasil permodelan  hidrodinamika dan sebaran tumpahan minyak.
Kekurangan pada jurnal acuan yaitu pada metode  tidak adanya prosedur kerja dalam setiap langkah mendapatkan hasil penelitian, serta tidak adanya penjelasan tentang penggunaan citra satelit dan software yang mengelola data hasil lapangan. Sedangkan, pada jurnal pembanding sudah dijelaskan tentang penggunaan citra stelit MODIS Aqua dan Terra dalam pemantauan serta peggunaan software berupa SIMAP dalam pengelolaan hasil data dari pemantauan penggunaan citra satelit dalam penyebaran pencemarn tumpahan minyak sehingga bisa di netralisir penyebarannya. Bisa dilihat di jurnal pembanding berikut:
1. Data
            Data yang digunakan dalam kajian ulang ini adalah data sekunder yang diperloeh dari “Montara Well Release Monitoring Study S7.2 Oil Fate and Effects Assessment : Modelling of Chemical Dispersant Operation” yang dipersiapkan untuk PTTEP Australasia oleh ASA (Applied Science Asociate) tahun 2010. Data lainnya yang diperlukan adalah data citra satelit dari MODIS-Aqua dan Terra.
2. Pendekatan
            Simulasi permodelan tumpahan minyak dalam studi yang telah dilakukan ASA menggunakan software Apllied Science Associates Spill Impact Modelling System (SIMAP), yang berada di bawah US Natural Resource Damage Assesment Methodology (NRDA).


II            Hasil
2.1 Hasil simulasi model hidrodinamika
massa air dari Samudera Hindia bergerak menuju perairan Cilacap pada saat pasang tertinggi dan bergerak meninggalkan Perairan Cilacap menuju Samudera Hindia saat surut terendah. Nontji (1987) dalam Dahuri et al. (2004) menjelaskan bahwa pergerakan arus laut di perairan-perairan pantai, utamanya di teluk ataupun selat sempit, gerakan naik turunnya muka air akan menimbulkan arus pasut dengan arah gerakan bolak-balik. Apabila muka air naik, arus akan mengalir masuk, sedangkan pada saat muka air turun, arus akan mengalir keluar.



(kekurangan pada gambar peta di atas yaitu ukuran peta yang terlalu kecil sehingga sulit untuk dipahami. Tidak adanya keterangan dari pergerakan awal arus dan kurangnya keterangan dalam peta berupa atribut peta sperti inser dan tanda orientasi membuat peta menjadi kurang jelas). Adapun peta dari jurnal pembanding dapat dilihat pada gambar berikut ini)



World Wide Fund for Nature (WWF) melakukan penelitian untuk daerah yang terkena bencana pada tanggal 24 September 2009 untuk mempelajari dampak pada kawasan kehidupan laut. Permukaan minyak dapat terdeteksi seperti air yang berkilau, beresidu tebal seperti lilin, kemilau dengan bau yang kuat
            Walaupun memakai google earth sebaiknya di edit ulang dengan penambahan komposit warna  sehingga bisa membedakan  dampak perairan yang tercemar di laut dan ada titik koordinat serta skala kemudian penambahan atribut membuat gambar lebih jelas dan terarah mungkin Karena tidak adanya parameter spectral tertentu yang membedakan minyak dari jenis tertentu, mungkin karena efektivitas penggunaan cahaya tampak dan inframerah dekat (NIR) sehingga penginderaan jauh memiliki data yang terbatas.

2.2 Verifikasi Data Model dengan Data Lapangan
Verifikasi data model dengan data pengukuran lapangan dilakukan dengan menghitung nilai MRE. Hasil perhitungan MRE pasang surut diperoleh hasil sebesar 3.67%, sedangkan hasil perhitungan MRE kecepatan arus total data model terhadap data lapangan diperoleh hasil sebesar 30.70%.




(kekurangan pada grafik diatas yaitu pada grafik elevasi permukaan air laut yang di mana angka keterangan pada tanggal,bulan dan tahun yang terlalu berdekatan dan warna pembeda grafik pun  kurang jelas pada keterangannya kurang lengkap).


2.3 Simulasi Model Tumpahan Minyak pada Kondisi Pasut
Hasil simulasi model sebaran tumpahan minyak jenis minyak mentah (crude oil) danaspaldapat dilihat bahwa pergerakan tumpahan minyak mengikuti arah pergerakan arus pasang surut di Perairan Cilacap. Saat pasang, tumpahan minyak bergerak menuju ke arah barat laut, sedangkan saat surut, tumpahan minyak berbalik bergerak menuju ke arah tenggara. Arah pergerakan tumpahan ini dipengaruhi oleh pergerakan arus permukaan yang dipengaruhi oleh angin dan pasang surut.



(Tidak adanya keterangan yang jelas pada peta dimana pasang tertinggi dan surut terendah untuk melihat tumpahan minyak tersebut sehingga susah untuk di bandingkan antar peta pasang surut. Kemudian, terlalu kecilnya ukuran peta membuat atribut susah untuk memberikan informasi  secara jelas kepada pembaca, sedangkan pada peta pebanding berikut dapat kita lihat pengambilan gambaran pencemaran laut sudah menggunakan citra MODIS-SkyTruth)

Tumpahan Minyak di laut Timor dari Platform Montara pada tanggal 30 agustus 2009
Sumber: Citra MODIS-Skytruth

(Citra MODIS tanggal 30 Agustus dan 10 september menunjukkankan secara jelas distribusi oil spill di perairan Timor-Australia. Walaupun pengambilan gambaran peta sudah menggunakan citra satelit tapi belum ada pengolahan menggukan software sehingga tidak adanya atribut peta dan kurangnya komposit warna yang tidak dapat membedakan perairan tercemar dan tidak tercemar).

            2.4 Simulasi Model Tumpahan Minyak Setelah 24 Jam
            Sebaran tumpahan minyak jenis minyak mentah (crude oil) dan aspal yang diskenariokan tumpah di Perairan Cilacap setelah 24 jam terjadinya tumpahan minyak (Gambar 15-24) mendeskripsikan total ketebalan minyak dan proses pelapukan yang dialami oleh masing-masingjenis minyak. Sebaran tumpahan minyak aspal telah mencapai jarak sejauh ± 1.9 km, sedangkanminyak mentah telah mencapai ± 1.8 km dari sumber tumpahan.


(Tidak adanya keterangan yang jelas pada peta acuan dimana arus membawa tumpahan minyak. Kemudian, terlalu kecilnya ukuran peta membuat atribut susah untuk memberikan keterangan secara jelas. Sedangkan pada peta perbanding bisa dilihat dimana penggunaan citra satelit yang memiliki resolusi yang baik yang mengakomodir data arah angin dan arus kemudian diolah menggunakan software SIMAP. Pengukuran dilakukan langsung di dalam software pemetaan (remote sensing) seperti melakukan digitasi dan membuat polygon. Bisa dilihat pada peta di bawah ini)


Konsentrasi sebaran Polutan Minyak dengan menggunakan software SIMAp sampai dengan 24 oktober 2009
Sumber ASA, 2010

(Pada gambar verifikasi pembanding diatas hanya tidak adanya atribut peta yang memuat keterangan gambar supaya lebih dimengerti dan di pahami)


III          Kesimpulan
            Hasil simulasi sebaran tumpahan minyak dengan pendekatan model hidrodinamika dan Spill Analysis dapat disimpulkan bahwa sebaran tumpahan minyak mentah (crude oil) dan aspal memilikipola penyebaran berbentuk lintasan (trajectory) pada kondisi perbani dan pola penyebaran yangacak serta terputus pada kondisi purnama dengan lebar penyebaran yang lebih besar pada minyakmentah (crude oil) karena pengaruh karakterisik minyak dan penyebaran yang lebih luas padakondisi purnama karena pengaruh angin dan arus pasang surut di Perairan Cilacap. Saat pasang,tumpahan minyak bergerak menuju ke arah barat laut, sedangkan saat surut tumpahan minyakbergerak menuju ke arah tenggara dan bergerak secara bolak-balik dengan ketebalan lapisan yang semakin tipis menjauhi sumber tumpahan. Proses pelapukan pada tumpahan minyak menunjukkan bahwa perubahan laju emulsifikasi berlawanan dengan laju evaporasi dan sebanding dengan laju dispersi vertikal, sedangkan laju disolusi tidak mengalami perubahan signifikan. Selain itu, diketahui pula bahwa waktu pemaparan pada aspal berlangsung lebih lama daripada minyak mentah ketika tumpah di perairan.

(Untuk kesimpulan di jurnal acuan tidak adanya penggunaan citra yang mendominasi tapi lebih ke pengambilan sampel menggunakan survei dan purposive sampling kemudian dianalisis dengan permodelan hidrodinamika dan diolah dengan pengideraan jauh. Sedangkan jurnal pembanding sudah adanya citra MODIS Aqua-Terra yang dijadikan acuan utama dalam memonitoring pencemaran tumpahan minyak di laut dan pengolahan data menggunakan software SIMAP, bisa dilihat pada kesimpulan jurnal pembanding sebagai berikut)

Citra MODIS dapat menunjukkan distribusi oil spill di Laut Timor akibat kebocoran anjungan minyak Montara.Pola distribusi oil spill mengikuti arah angin yang berhembus di permukaan laut. Citra satelit multi sensor dan multi temporal dapat digunakan untuk menentukan lokasi transek survei karena dari  citra satelit akan terlihat lokasi-lokasi yang pernah tercemar dengan oil spill sehingga  wilayah yang akan disurvei tepat sasaran.




Daftar Pustaka
ASA. 2010. Modelling of Chemical Dispersant Operation. Montara Well Release Monitoring Study S7.2 Oil Fate and Assessment
Clark, R.B. 1986. Marine Pollution. 1st ed., Oxford University Press, New York.
Dahuri R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Fingas, M. 2000. The Basics of Oil Spill Cleanup. 2nd ed., CRC Press LLC, Florida.
Saputra, Suradi Wijaya, Anhar Solichin, dan Wahyu Rizkiyana. 2013. Keragaman Jenis Dan Beberapa Aspek Biologi Udang Metapenaeus di Perairan Cilacap, Jawa Tengah. Journal Of Management Of Aquatic Resources. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang.
Sudjana, M.M. 1992. Metode Statistika. Tarsito, Bandung.
Sudaryanto, Agus. 2001. Struktur Komunitas Makrozoobenthos Dan Kondisi Fisiko Kimiawi Sedimen di Perairan Donan, Cilacap - Jawa Tengah. Jurnal Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung.