Review
Jurnal Sistem Informasi Geografis
SEBARAN TUMPAHAN MINYAK
DENGAN PENDEKATAN MODEL
HIDRODINAMIKA DAN SPILL
ANALYSIS DI PERAIRAN CILACAP,
JAWA TENGAH
Arintika Widhayanti *),
Aris Ismanto *), Bambang Yulianto *)
*) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Nama : Vinni Mulyani (E1I013046)
Riski Slamet (E1I013045)
Dosen : Yar Johan, S.Pi., M.Si
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2016
Abstrak
Perairan Cilacap memiliki pelabuhan
laut yang berfungsi sebagai pelabuhan ekspor-impor termasuk aktivitas bongkar
muat minyak dari kapal-kapal tanker yang menyebabkan perairan rentan terhadap
tumpahan minyak. Dengan, menggunakan model hidrodinamika 2D dan Spill Analysis.
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data oseanografi, data batimetri,
data suhu udara, data cloudiness, data oil properties, dan data lalu lintas
kapal.Tumpahan minyak setelah 24 jam memperlihatkan bahwa proses disolusi,
dispersi vertikal, dan evaporasi pada minyak mentah lebih tinggi daripada
aspal. Namun, proses emulsifikasi pada aspal lebih tinggi daripada minyak
mentah.
I.
Pendahuluan
Kabupaten Cilacap berada di tepi laut
yang berhadapan dengan Samudera Hindia pada sisi Teluk Penyu dan dibatasi oleh
Pulau Nusakambangan yang memanjang membujur barat-timur. Kegiatan seperti
ekspor impor dan aktivitas bongkar minyak dari kapal tangker menyebabkan
perairan pelabuhan cilacap sangat berpotensi mengalami pencemaran minyak.
Tumpahan minyak di laut bisa sangat berbahaya karena angin, gelombang, dan arus
laut dapat menyebarkan sebagian besar tumpahan minyak di wilayah yang luas
dalam beberapa jam di lautan terbuka (Fingas, 2001). Faktor-faktor oseanografi dapat memperluas
area tumpahan minyak dan menimbulkan permasalahan bagi Perairan Cilacap karena
perairan cilacap termasuk bagian Samudera Hindia memiliki dasar perairan yang
dalam dan curam (Saputra et. al., 2013).
Pada jurnal acuan bagian pendahuluannya
tidk membahas tentang lamanya tumpuhan minyak dan waktu yang dibutuhkan untuk
menangani tumpahan minyak tersebut, dan tidak adanya pemantuan dari citra
satelit tentang luasan area yang tercemar oleh tumpahan minyak. Adapun
pendahuluan dari pembanding membahas kekurangan yang ada pada jurnal acuan.
Berikut adalah pendahuluan dari jurnal pembanding adalah
PT TEP
Australasia (Ashmore Cartier) Pty Ltd merupakan perusahan tambang minyak lepas
pantai di Laut Timor. Jarak site plan
Montara berkisar antara 200 km dari daratan Australia (Pantai Kimberley) ke
arah laut atau sekitar 280 km barat laut dari Truscott, Australia Barat.. Site
Plan Montara terletak di antara beberapa commonwealth, diantaranya
adalah beberapa gunung bawah laut, pulau dan gugusan karang. Tumpahan minyak
terjadi selama 72 hari, dapat
dikendalikan pada tanggal 3 November 2009.
Observasi melalui pesawat udara dilakukan setiap hari, kemudian
dilanjutkan dengan simulasi menggunakan computer, serta pemantauan melalui
citra satelit telah dilakukan oleh AMSA (Australian Maritime Savety Authority)
sebagai pihak yang bertanggung jawab. Dari hasil survey dan simulasi
menunjukkan bahwa tumpahan minyak tidak lagi terdeteksi di laut timor pada
tanggal 15 November 2009.
1.2
Tujuan
Jurnal
ini bertujuan untuk menangani dampak pencemaran akibat tumpahan minyak dengan contingency
planning atau perencanaan. Dan menggunaan model sebaran untuk memprediksi
dengan cepat pola penyebaran berpotensi mencemari lingkungan pada beberapa
lokasi yang dianggap rawan tumpahan minyak.
1.3
Metode
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif (Sudaryanto, 2001)
karena data penelitian tersebut diperoleh dengan mengukur menggunakan
instrumen-instrumen tertentu yang memiliki satuan khusus untuk tiap-tiap
parameternya. Data-data tersebut diolah dan ditampilkan dalam bentuk gambar,
grafik, ataupun tabel.
Metode
penentuan lokasi pengukuran arus laut dan suhu air laut menggunakan metode purposive
sampling (Sudjana, 1992).
Analisis
data yang digunakan untuk menarik kesimpulan dalam penelitian ini adalah
analisis statistik deskriptif (Sugiyono, 2009). Analisis dari hasil permodelan hidrodinamika dan sebaran tumpahan minyak.
Kekurangan pada jurnal acuan yaitu pada metode tidak adanya prosedur kerja dalam setiap
langkah mendapatkan hasil penelitian, serta tidak adanya penjelasan tentang
penggunaan citra satelit dan software yang mengelola data hasil lapangan. Sedangkan,
pada jurnal pembanding sudah dijelaskan tentang penggunaan citra stelit MODIS
Aqua dan Terra dalam pemantauan serta peggunaan software berupa SIMAP dalam
pengelolaan hasil data dari pemantauan penggunaan citra satelit dalam penyebaran
pencemarn tumpahan minyak sehingga bisa di netralisir penyebarannya. Bisa
dilihat di jurnal pembanding berikut:
1. Data
Data yang digunakan
dalam kajian ulang ini adalah data sekunder yang diperloeh dari “Montara Well
Release Monitoring Study S7.2 Oil Fate and Effects Assessment : Modelling of
Chemical Dispersant Operation” yang dipersiapkan untuk PTTEP Australasia oleh
ASA (Applied Science Asociate) tahun 2010. Data lainnya yang diperlukan adalah
data citra satelit dari MODIS-Aqua dan Terra.
2. Pendekatan
Simulasi
permodelan tumpahan minyak dalam studi yang telah dilakukan ASA menggunakan
software Apllied Science Associates Spill Impact Modelling System (SIMAP), yang
berada di bawah US Natural Resource Damage Assesment Methodology (NRDA).
II Hasil
2.1 Hasil
simulasi model hidrodinamika
massa air
dari Samudera Hindia bergerak menuju perairan Cilacap pada saat pasang
tertinggi dan bergerak meninggalkan Perairan Cilacap menuju Samudera Hindia
saat surut terendah. Nontji (1987) dalam Dahuri et al. (2004)
menjelaskan bahwa pergerakan arus laut di perairan-perairan pantai, utamanya di
teluk ataupun selat sempit, gerakan naik turunnya muka air akan menimbulkan
arus pasut dengan arah gerakan bolak-balik. Apabila muka air naik, arus akan
mengalir masuk, sedangkan pada saat muka air turun, arus akan mengalir keluar.
(kekurangan pada gambar
peta di atas yaitu ukuran peta yang terlalu kecil sehingga sulit untuk
dipahami. Tidak adanya keterangan dari pergerakan awal arus dan kurangnya keterangan
dalam peta berupa atribut peta sperti inser dan tanda orientasi membuat peta
menjadi kurang jelas). Adapun peta dari jurnal pembanding dapat dilihat pada
gambar berikut ini)
World Wide Fund for
Nature (WWF) melakukan penelitian untuk daerah yang terkena bencana pada
tanggal 24 September 2009 untuk mempelajari dampak pada kawasan kehidupan laut.
Permukaan minyak dapat terdeteksi seperti air yang berkilau, beresidu tebal
seperti lilin, kemilau dengan bau yang kuat
Walaupun memakai google earth sebaiknya di edit ulang
dengan penambahan komposit warna
sehingga bisa membedakan dampak
perairan yang tercemar di laut dan ada titik koordinat serta skala kemudian
penambahan atribut membuat gambar lebih jelas dan terarah mungkin Karena tidak
adanya parameter spectral tertentu yang membedakan minyak dari jenis tertentu, mungkin
karena efektivitas penggunaan cahaya tampak dan inframerah dekat (NIR) sehingga
penginderaan jauh memiliki data yang terbatas.
2.2 Verifikasi Data Model dengan Data Lapangan
Verifikasi
data model dengan data pengukuran lapangan dilakukan dengan menghitung nilai MRE.
Hasil perhitungan MRE pasang surut diperoleh hasil sebesar 3.67%, sedangkan
hasil perhitungan MRE kecepatan arus total data model terhadap data lapangan
diperoleh hasil sebesar 30.70%.
(kekurangan
pada grafik diatas yaitu pada grafik elevasi permukaan air laut yang di mana
angka keterangan pada tanggal,bulan dan tahun yang terlalu berdekatan dan warna
pembeda grafik pun kurang jelas pada
keterangannya kurang lengkap).
2.3 Simulasi Model Tumpahan Minyak pada Kondisi
Pasut
Hasil
simulasi model sebaran tumpahan minyak jenis minyak mentah (crude oil)
danaspaldapat dilihat bahwa pergerakan tumpahan minyak mengikuti arah
pergerakan arus pasang surut di Perairan Cilacap. Saat pasang, tumpahan minyak
bergerak menuju ke arah barat laut, sedangkan saat surut, tumpahan minyak
berbalik bergerak menuju ke arah tenggara. Arah pergerakan tumpahan ini
dipengaruhi oleh pergerakan arus permukaan yang dipengaruhi oleh angin dan
pasang surut.
(Tidak
adanya keterangan yang jelas pada peta dimana pasang tertinggi dan surut
terendah untuk melihat tumpahan minyak tersebut sehingga susah untuk di bandingkan
antar peta pasang surut. Kemudian, terlalu kecilnya ukuran peta membuat atribut
susah untuk memberikan informasi secara
jelas kepada pembaca, sedangkan pada peta pebanding berikut dapat kita lihat
pengambilan gambaran pencemaran laut sudah menggunakan citra MODIS-SkyTruth)
Tumpahan Minyak di laut
Timor dari Platform Montara pada tanggal 30 agustus 2009
Sumber: Citra
MODIS-Skytruth
(Citra
MODIS tanggal 30 Agustus dan 10 september menunjukkankan secara jelas
distribusi oil spill di perairan Timor-Australia. Walaupun pengambilan gambaran
peta sudah menggunakan citra satelit tapi belum ada pengolahan menggukan
software sehingga tidak adanya atribut peta dan kurangnya komposit warna yang
tidak dapat membedakan perairan tercemar dan tidak tercemar).
2.4 Simulasi
Model Tumpahan Minyak Setelah 24 Jam
Sebaran tumpahan minyak jenis minyak
mentah (crude oil) dan aspal yang diskenariokan tumpah di Perairan
Cilacap setelah 24 jam terjadinya tumpahan minyak (Gambar 15-24)
mendeskripsikan total ketebalan minyak dan proses pelapukan yang dialami oleh masing-masingjenis
minyak. Sebaran tumpahan minyak aspal telah mencapai jarak sejauh ± 1.9 km,
sedangkanminyak mentah telah mencapai ± 1.8 km dari sumber tumpahan.
(Tidak adanya keterangan
yang jelas pada peta acuan dimana arus membawa tumpahan minyak. Kemudian,
terlalu kecilnya ukuran peta membuat atribut susah untuk memberikan keterangan
secara jelas. Sedangkan pada peta perbanding bisa dilihat dimana penggunaan
citra satelit yang memiliki resolusi yang baik yang mengakomodir data arah
angin dan arus kemudian diolah menggunakan software SIMAP. Pengukuran dilakukan
langsung di dalam software pemetaan (remote sensing) seperti melakukan digitasi
dan membuat polygon. Bisa dilihat pada peta di bawah ini)
Konsentrasi sebaran Polutan Minyak
dengan menggunakan software SIMAp sampai dengan 24 oktober 2009
Sumber ASA, 2010
(Pada gambar
verifikasi pembanding diatas hanya tidak adanya atribut peta yang memuat
keterangan gambar supaya lebih dimengerti dan di pahami)
III Kesimpulan
Hasil
simulasi sebaran tumpahan minyak dengan pendekatan model hidrodinamika dan Spill
Analysis dapat disimpulkan bahwa sebaran tumpahan minyak mentah (crude
oil) dan aspal memilikipola penyebaran berbentuk lintasan (trajectory)
pada kondisi perbani dan pola penyebaran yangacak serta terputus pada kondisi
purnama dengan lebar penyebaran yang lebih besar pada minyakmentah (crude
oil) karena pengaruh karakterisik minyak dan penyebaran yang lebih luas
padakondisi purnama karena pengaruh angin dan arus pasang surut di Perairan
Cilacap. Saat pasang,tumpahan minyak bergerak menuju ke arah barat laut,
sedangkan saat surut tumpahan minyakbergerak menuju ke arah tenggara dan
bergerak secara bolak-balik dengan ketebalan lapisan yang semakin tipis
menjauhi sumber tumpahan. Proses pelapukan pada tumpahan minyak menunjukkan
bahwa perubahan laju emulsifikasi berlawanan dengan laju evaporasi dan
sebanding dengan laju dispersi vertikal, sedangkan laju disolusi tidak
mengalami perubahan signifikan. Selain itu, diketahui pula bahwa waktu
pemaparan pada aspal berlangsung lebih lama daripada minyak mentah ketika
tumpah di perairan.
(Untuk
kesimpulan di jurnal acuan tidak adanya penggunaan citra yang mendominasi tapi
lebih ke pengambilan sampel menggunakan survei dan purposive sampling kemudian dianalisis dengan permodelan
hidrodinamika dan diolah dengan pengideraan jauh. Sedangkan jurnal pembanding
sudah adanya citra MODIS Aqua-Terra yang dijadikan acuan utama dalam
memonitoring pencemaran tumpahan minyak di laut dan pengolahan data menggunakan
software SIMAP, bisa dilihat pada kesimpulan jurnal pembanding sebagai berikut)
Citra MODIS dapat
menunjukkan distribusi oil spill di Laut Timor akibat kebocoran anjungan minyak
Montara.Pola distribusi oil spill mengikuti arah angin yang berhembus di
permukaan laut. Citra satelit multi sensor dan multi temporal dapat digunakan
untuk menentukan lokasi transek survei karena dari citra satelit akan terlihat lokasi-lokasi
yang pernah tercemar dengan oil spill sehingga wilayah yang akan disurvei tepat sasaran.
Daftar Pustaka
ASA. 2010. Modelling of Chemical
Dispersant Operation. Montara Well Release Monitoring Study S7.2 Oil Fate and
Assessment
Clark, R.B. 1986. Marine Pollution.
1st ed., Oxford University Press, New York.
Dahuri R., J. Rais, S.P. Ginting dan
M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Fingas, M. 2000. The Basics of Oil
Spill Cleanup. 2nd ed., CRC Press LLC, Florida.
Saputra, Suradi Wijaya, Anhar
Solichin, dan Wahyu Rizkiyana. 2013. Keragaman Jenis Dan Beberapa Aspek Biologi
Udang Metapenaeus di Perairan Cilacap, Jawa Tengah. Journal Of
Management Of Aquatic Resources. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sudjana, M.M. 1992. Metode Statistika.
Tarsito, Bandung.
Sudaryanto, Agus. 2001. Struktur
Komunitas Makrozoobenthos Dan Kondisi Fisiko Kimiawi Sedimen di Perairan Donan,
Cilacap - Jawa Tengah. Jurnal Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi, Jakarta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar